Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Aku Mu lasi

Gejolak jiwa yang terekspresi Bisa bahagia atau sebaliknya Tentu bermuara pada satu persepsi Tidak untuk keduanya Entah berakumulasi,  sengaja mengakumulasi  atau terakumulasi dengan sendirinya Tentang himpunan, kumpulan, timbunan emosi yang bisa terungkap atau meledak pada waktu tak terdeteksi *** Aku terdiam menikmati adegan romantis  tepat di arah jam 12 pintu kedatangan bandara setempat. Seorang gadis kecil berlari menuju sang ayah lalu memeluknya erat. Sangat erat. Aku bisa mengartikan akumulasi perasaan keduanya. Ada rindu yang sedang meledaknya tanpa perduli keramaian yang ada. Dari kejauhan ku melihat sepasang bola mata yang mulai membasah,  anak sungai kecil mengalir berantakan pada permukaan pipinya. Untung saja kugunakan kacamata,  jadi aku bisa merekam momen itu dengan jelas, tentu dengan mata minus ku ini. Ahhh.. Aku sudah tidak tahan melihatnya lalu aku pun beranjak sambil meraih telepon genggam ku yang berdering. "

Titik Senja

sebuah titik di diakhir kata, tentang rasa di lembayung jingga, engkau ada lalu sirna, melepas setia ku di penghujung cerita, tanpa sempat tercipta "kita". Hujan kembali bertamu. Gadis itu langsung menoleh kearah luar. Sepertinya Ia tak perlu mempersilakan nya masuk,  karena Ia sendiri yang akan berlari memeluk setiap rintik yang sudah lama Ia rindukan. Ah.. itu hanyalah khalayan saja. Faktanya, sepersekian detik kemudian pandangannya berubah. Kepalanya sengaja Ia tundukkan. Gadis itu malah sibuk memainkan jari lentiknya sekedar mengetuk ngetuk kaca jendela yang mulai berembun. Ia termangu menatap air yang perlahan mengalir membasahi seluruh kaca. Memori masa putih abu itu terulang kembali, menari-nari menguasai fikirannya. Rintik hujan sore memang selalu berhasil membawa sendu. Baginya berjalan mundur ke masa lalu itu perlu, bukan untuk kembali. Katanya hanya sekedar melihat sebentar. Karena kenyataannya kenangan bukan untuk di lupakan. Ia menyebutnya senja. Seor

Mengenalmu, Bunga

Source:  pinterest.  Ada memori yang ingin kukenang selalu dalam hidupku,  bahkan ingin kubagi kepada siapapun yang kutemui, kujadikan memori indah pula yang akan kuceritakan kepada anak cucuku kelak. Tentang Bunga yang kukenal. Kali ini ku memintamu untuk membayangkan bunga kesukaan mu tepat dihadapanmu. Apa yang kau rasakan ketika melihat nya bermekaran?  Apa kau lihat Ia dengan indahnya memamerkan mahkota kebanggaan?. Ah.. Kalau kamu bukan penyuka bunga,  gantikan saja bunga dengan sesuatu yang kamu suka. Bagaimana?  Sudahkah kamu jawab pertanyaan ku tadi?  Ku anggap saja sudah,  karena perasaan bahagia mu telah sampai pada barisan kata yang kutulis saat ini. Kini giliranku. Aku ingin menceritakan tentang bunga yang kukenal. Bunga yang kukenal ini adalah bunga yang tak biasa. Kalau kamu tak sanggup membacanya,  sudahi saja,  aku takut tidak bisa tanggung jawab dengan perasaan yang ikut mengalir nantinya. Karena cukup Bunga ini milikku. Kala itu,  seorang sahabat mengaj

Menuju Pelaminan 2019

Hi malam senin diakhir Januari. Hari ke-27 di bulan pertama 2019. Kali ini aku akan berbagi tentang apa yang kami sebut “Menuju Pelaminan” ato mepel. Tak lengkap rasanya aku bumbui sedikit intro sebelum membagikan cerita tentang mepel. Sejujurnya beberapa menit yang lalu aku lumayan ngantuk berat, berhubung aku jajan ke Warung dilanjutkan dengan mengunyah-ngunyah. Yah sepertinya aku ingin memproduktifkan sisa hari minggu. Menulis menjadi salah satu cara mengalihkan perhatian ku tentunya. Meskipun sisa paket yang tidak seberapa, yasudahlah habiskan saja untuk berselancar. *** Mungkin beberapa teman-teman PTN 50 sudah hapal dengan salah satu lingkaran kecilku ini, ada Mega, Fatimah, Ivan, dan tentu saja aku. Kayak atun, kalau lah dia tahu aku main keluar dengan personil tsb ato sedang ribut digrup WA, langsung aja ceplos “eh.. geng nikah” wkwk. Tepatnya aku lupa juga kapan kami mulai benar-benar menyebut diri kami “Menuju Pelaminan” Squad . Yang jelas itu berawal dari kejenuh